Langsung ke konten utama

Misteri Pengintip Mesum

Rintik hujan masih enggan berhenti, suara kodok bersahutan mengurangi kesan sepinya dimalam hari. Sedari sore langit begitu gelap terkadang diselingi petir. Para penduduk Kampung Saritanjung sudah berkmpul dirumah masing-masing dan malas beranjak beraktifitas jika cuaca seperti ini. Jalanan sepi, Apalagi ditambah dengan kejadian yang akhir-akhir ini begitu mengusik ketenangan warga, ada beberapa warga khususnya wanita kepergok sedang diintip oleh manusia mesum disaat mandi. waktunya sekitaran Subuh.

Para warga akhirntya sepakat untuk mengaktifkan kembali Siskamling, bersama Pa RT dan sesepuh kampung mereka berkumpul dibalai rumah Ki Caswin, beliau adalah tetua kampung Saritanjung. Rumah Ki Caswin sendiri memang halaman rumahnya ada balai yang cukup besar untuk menampung tiga puluh sampai lima puluh orang.

Hujan yang mengguyur sedari sore memang membuat malas  para warga kampung untuk berkumpul bersama di rumahnya Ki Caswin, tetapi dikarenakan RT Kurdi dan Ki Caswin sendiri yang mengundang, para warga jadi begitu segan dan takut dikenakan sangsi, di rumah Ki Caswin sendiri, istri dan anak-anaknya begitu sibuk mempersiapkan makanan ringan plus minuman utuk para warga yang mau hadir, sedangkan Ki Caswin dari tadi sudah menerima tamu, yaitu Pak RT Kurdi yang kebetulan rumahnya agak berdekatan datang duluan. Lalu mereka berbincang bersama sambil menunggu para tetamu yang lain.

"Bener-bener ini mah Ki tidak bisa dibiarkan". RT Kurdi membuka obrolan

"Hmmmm" Ki Caswin mengepulkan asap rokok kretek yang diisapnya

"Sudah tiga kejadian seperti ini". Lanjut RT Kurdi

"Apakah ada barang yang hilang"?. Ki Caswin bertanya

"Tidak ada Ki, pengintip itu hanya mengintip dikamar mandi, dan seperti disengaja kepergok lalu kabur". RT Kurdi Menjawab

"Saya takutkan si pengintip sedang menjalankan ritual ilmu hitam". Ujar Ki Caswin matanya menerawang.

Obrolan mereka terhenti, karena para warga sudah mulai berdatangan, Ki Caswin dan RT Kurdi pun mulai bergabung bersama-sama mereka. Terdengar obrolan-obrolan para warga sebelum acara dimulai.

"Baiklah bapak-bapak, terima kasih sudah hadir di gubuk saya". Ki Caswin membuka obrolan pembuka

"Seperti yang Bapak-bapak telah ketahui bersama apa yang terjadi akhir-akhir ini di kampung kita, adanya pengintip hmmm wanita yang sedang mandi disaat subuh, dan saya takutkan bahwa si pengintip tersebut adalah orang yang sedang menjalankan ritual ilmu hitam, dan alangkah baiknya kalau kita segera menangkap pelakunya"

"Wah, ternyata lebih seram dari yang kita duga yak". Terdengar Mang Somad berbisik ke sebelahnya Mang Oyan.

"Saya kira hanya orang mesum saja, yang memang kecanduan ngintip". Mang Oyan menimpali Mang Somad

"Ilmu Hitam, hiiiiy emang ilmu hitam apa yang harus ritualnya mengintip orang mandi?". Duloh seperti bertanya pada dirinya sendiri.

"Carta, coba kamu certitakan kejadian pertama yang menimpa Ceu Esih Janda yang punya warung itu". Ki Caswin bertanya ke Mang Carta yang kebetulan waktu itu orang yang pertama datang menolong Ceu Esih.

"Euhhh, begini Aki....Waktu itu,............

Ceu Esih Janda tak beranak yang mempunyai warung dekat dengan lapang bola. Jam tiga dini hari Ceu Esih terbangun seperti biasa, Terdengar di luar sana Suara mang Jejen lewat Toa di Mesjid baru saja melantunkan ayat-ayat Tuhan. Ceu Esih langsung menuju dapur, tak ada yang mencurigakan. Di Kampung Saritanjung para penduduk memang membuat kamar mandi dan rumah terpisah, lebih tepatnya dibelakang dapur. Sekitaran tiga atau empat meter. Begitupun dengan Ceu Esih, Kamar Mandi dan WC nya menyatu hanya saja terpisah dibelakang dapur.

Ceu Esih seperti biasa menimba air dulu, timbaan pertama airnya dia pakai untuk cuci muka. timabaan kedua, ketiga dan seterunya dia isi untuk bak mandi, setelah berasa cukup mengisi bak mandi. Ceu Esih melakukan ritualnya yang kedua, yak itu nongkrong alias membuang hajat.

Saat Ceu Esih sedang jongkok sambil melamun terdengar suara ranting yang diinjak

"Cressseeeeekk"

Ceu Esih kaget, matanya yang masih mengantuk tiba-tiba sedikit awas.

"Cressseeeekkk"

Kembali suara kedua terdengar seperti langkah kaki yang pelan-pelan digerakan.

Ceu Esih sedikit takut, tapi masih bisa menahan diri untuk beranjak dan menepis pikiran negatif, paling-paling kucing atau binatang yang melintas. Begitu pikirnya

Tak lama setelah ritual jongkok Ceu Esih beranjak untuk mandi, disaat mau membuka pembungkus payudaranya, mata ceu Esih sekelebat melihat bayangan dari lampu kamar mandi, saat ceu esih berbalik ke belakang mau menyimpan pembungkus payudara di gantungan, dia kaget melihat laki-laki memakai sarung dikepala mirip dengan ninja-ninjaan sedang memandang ke arahnya. Ceu Esih otomatis teriak

"Arrggggghhhhh jurigggggggggg"

Teriak Ceu Esih.. begitu keras. tak lama lelaki yang memakai sarung ninja itu tak membuang waktu lama langsung kabur dan berlari ke arah utara. 

Ceu Esih yang kaget, lututnya bergetar, keluar keringat dingin dia berulang kali mengucap Asma Tuhan dan sesekali mengusap wajahnya yang penuh keringat. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan itu masih sama

Bulan Oktober biasanya di kota kami adalah musim hujan disertai petir, terkadang angin. Sebagian masyarakat sudah paham saat memasuki awal musim penghujanan, mereka membersihkan aliran-aliran air yang mampet karena sampah atau dangkal. Tahukan kamu kawan, bulan oktober adalah awalnya benih-benih bayi akan dibuat. Di Desa kami Desa Tanjungsari Barat dan sekitarnya akhir Oktober adalah akhir dari perhajatan, entah itu hajat sunatan anaknya atau pernikahan. Kata orang tua dulu setelah bulan haji lewat itu tandanya orang hajatan akan bermunculan. Biasanya hujan akan turun saat menjelang sore, disertai petir dan angin. Terkadang lebih awal saat setelah adzan Dzuhur berkumandang, setelahnya itu PLN akan mematikan aliran listriknya sampai cuaca kondusif. PLN memang siap siaga dalam hal ini. Apalagi cuaca buruk di bulan Oktober sampai November mereka akan sesering mungkin untuk mematikan aliran listrik. Saat hujan turun, anak-anak akan berlarian keluar rumah, walaupun hujan membaw

Draff

Hai, tak terasa ternyata sudah hampir satu tahun kita tidak berkomunikasi, rasanya seperti ada yang hilang, dan memang hilang. Hilang yang berbeda. Aku bisa melihatmu, aku bisa menemukanmu. Tapi dalam konteks yang berbeda. Susah sekali aku mengutarakan ini dalam sebuah kalimat :(. Baiklah, mungkin ini adalah suratan takdir alias jalan Tuhan untuk kita. Pertemuan yang singkat, Percintaan yang singkat, semuanya singkat. Hal yang aku tidak suka dari diriku adalah hal-hal yang sudah terbiasa setiap harinya, perlahan menghilang. Dan aku bersedih jika sudah seperti itu. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan semua perasaan ini adalah hanya satu kata "Rindu" Baiklah, pertama-pertama aku akan membuat surat untukmu melalui blog ku ini, dan berharap kamu membacanya. Semalam, tanpa sengaja aku menemukan photo di galeri ponselku. Aku ingat, waktu itu kita sedang berkomunikasi setelah kita pulang kerja melalui daring Chatting. Kamu mengirimkan photo itu dan mengatakan

CIUMAN PADA HITUNGAN KETIGA

"Aku akan menciummu pada hitungan ketiga," bisik seorang pria ke telinga pacarnya. Perempuan yang dibisiki, memerah pipinya. Ia hanya tersenyum kecil. Mencubit lengan pacarnya itu. "Kamu apaan sih," jawab si perempuan. Ada gelisah yang tertahan disana. "Kamu pernah berciuman sebelumnya?" Yang ditanya bertambah merah mukanya. Ia tidak menjawab tegas. Hanya berseloroh. "Kamu apaan sih..." "Kalau kamu pernah berciuman, pada hitungan keberapa biasanya kamu mulai berciuman?" "Udah ah, masa ngomongin itu terus..." Lalu lelaki itu mulai menghitung. "Satu..." Jantung perempuan serasa berdetak cepat. Mulai gak beraturan. Entah apa yang dia nantikan. Jujur, ini bukan ciuman pertama baginya. Tapi, ketika dilakukan dengan aba-aba. Rasanya deg-degan juga. Ia mendengar dengan seksama suara lelaki itu menghitung. "Dua..." Ah, dadanya terasa mau meledak. Ia gak bisa membayangkan ciuman seperti apa yang