Ingatkah kamu, saat Jarak mengetukkan palu perpisahan kita? Aku yakin kamu masih ingat. Karena beberapa saat sebelum palu itu diketukkan, kau mengusapkan air matamu di bahuku, memeluk erat tubuhku, menggenggam kuat tanganku. Ya…. perpisahan itu memang bukan keinginan kita, itu semua keinginan Jarak, sang Hakim. Tahukah kamu? Setelah kita resmi dipisahkan oleh Jarak, aku mempunyai teman baru. Dia datang padaku, memperkenalkan diri sambil tersenyum dan men yipitkan kedua matanya manja, “Hai, namaku Sepi ^^”, katanya. “Hmmm…. Nama yang lucu…”, pikirku. Singkat cerita, aku dan sepi pun mulai berteman akrab, atau bisa dibilang kami bersahabat. Hingga akhirnya aku sampai pada fase dimana aku merasa tak bisa hidup tanpa Sepi. Tapi aku masih yakin, ini bukan cinta. Aku tak mungkin mencintai Sepi, aku tahu aku mencintaimu, sangat. Tapi, maafkan aku, kekasih. Karena tanpa kusadari, hubunganku dengan Sepi menjadi semakin intim. Aku memeluknya, mencumbunya, dan bercinta