Langsung ke konten utama

Windows

Tahun 2002
Suatu Pagi di bulan Juli

Jalan itu adalah akses satu-satunya menuju ke Kecamatan dan Sekolah Menengah Pertama, jalan yang di samping kiri dan kanannya adalah perkebunan tebu dan juga perkebunan penduduk. Totoang orang Sunda mengatakannya, Saat musim hujan jalanan licin karena hanya tanah merah. Itulah satu-satunya akses jalan menuju sekolah menengah pertama yang berdiri sekitaran tahun 90an awal.

Gue dan teman-teman yang lain yang  berada di daerah utara harus menempuh sekitar 6 kilomoter untuk ke sekolah itu. Melewati perkebunan tebu dan kebun-kebun penduduk. Saat musim panas, sepeda kami berpacu dengan debu-debu jalanan tanah merah kebun tebu, saat musim hujan jalanan licin dan kami harus hati-hati menggoesnya. 

Yak, sepeda adalah satu-satunya alat transportasi kami untuk sampai ke sekolah itu. Tidak ada angkot, sepeda motor ataupun jemputan sekolah. Pemilik kendaraan bermotor pun masih jarang, bahkan di kampung gue. Tak satupun yang punya sepeda motor. 

Seperti biasa pagi itu, gue dan teman-teman berangkat sekolah melewati jalanan panjang nan berliku. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Gue sekarang sudah naik kelas dua. tak terasa sudah setahun jadi anak SMP. banyak perubahan dalam diri gue, suara yang agak bergema, tumbuh jerawat-jerawat dan gatal selangkangan. walau awal-awalnya kaget. Tapi setelah diterangkan oleh teman yang lebih dewasa, itu adalah hal wajar untuk anak SMP. 

Di SMP kelas dibagi menjadi enam bagian. sebagai ciri pihak sekolah memberi abjad di belakang angka kelas. misal 2a, 2b sampai 2f. dan gue kebagian di kelas 2e. Kelas yang akan gue ceritakan dalam kisah panjang ini. Kisah antara gue dan teman-teman sekelas menghadapi setahun menuju kelas tiga. Kelas terakhir menuju masa depan. 

========================================================================
Part 1 

Ruangan kelas di kelas 2e adalah tempat terburuk yang pertama gue lihat, lokasi yang paling ujung, dan temboknya yang banyak mengelupas ditambah suasana gelap saat masuk kelas dan berdebu membuat gue kurang nyaman saat pertama masuk ke kelas 2e ini. 

"Selamat Pagi, Oke perkenalkan nama Bapak adalah Abdurahman, dan Bapak sering dipanggil Pak Edu, Bapak adalah Wali Kelas kalian di kelas 2e ini". Seorang bapak-bapak memperkenalkan diri, berperawakan sedang, rambutnya  cepak seperti tentara yang baru pertama kali ditempatkan di daerah konflik, tatapannya tajam, bibirnya kecoklatan dan sepertinya beliau jarang senyum. 

"Selamat pagi pak Edu". Kompak kami sekelas menyambut perkenalan beliau.

"Baik, sekarang kita akan menyusun organisasi kelas, membentuk ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris dan juga bendahara. lalu menyusun jadwal piket". Pak Edu melanjutkan

"Siapa yang kira-kira mau mencalonkan diri, silahkan maju ke depan". 

"Hadi pak". Teriak seseorang, gue kurang tahu siapa yang asbun (asal bunyi itu)

"Asep Inot pak". Teriak Hadi yang sepertinya mengetahui Asep yang tadi menyebut namanya dan sekarang membalas. 

"Zico pak". teriak anak-anak perempuan. Maklum Zico adalah siswa tertampan saat pemilihan laki-laki terganteng waktu acara MOS tahun lalu. Wajar jika perempuan-perempuan genit itu meneriaki namanya. 

Lalu setelah itu seisi kelas rame, saling meneriaki nama teman-temannya. Termasuk gue. Gue yang duduk sebangku dengan Zico meneriaki namanya juga. mungkin gue termasuk kedalam golongan lelaki genit. Hueeeeek mau muntah gue nulis ginian 

"Sudah-sudah jangan ribut dulu, kita adakan pemilihan, seperti pemilihan umum yang dilakukan pemerintah". Pak Edu mencoba menenangkan.

Akhirnya Hadi, Asep Inot terpilih jadi Ketua kelas dan Wakil Ketua Kelas 2e yang baru, hari itu dibulan Juli tahun 2002. 

Di Sekolah kami, ada tiga seragam yang berbeda yang digunakan selama seminggu. Senin dan Selasa kami memakai pakaian Putih Biru plus Dasi Biru anak SMP (yang ini gue jarang pake). Hari Rabu dan Kamis kami memakai Batik, setiap angkatan Batik kami berbeda. Batik adalah simbol angkatan. Dan terakhir di Hari Jum'at dan Sabtu kita memakai pakaian Pramuka plus kacu (dasi pramuka bermotif bendera merah putih). Kaos olahraga dipakai saat pelajaran olahraga saja, setelah berolahraga kami diwajibkan kembali memakai seragam sesuai dengan ketentuan hari. 

Hadi ketua kelas kami, dia duduk paling belakang, wajahnya sangar. warna kulitnya yang kecoklat-coklatan membuat rekan-rekan kelas segan dan tak berani sama Hadi, Asep wakil ketua kelas adalah orang utara alias se arah berangkat sekolah berbarengan sama gue. Asep orang Tanjung Jaya, nama Ibunya adalah Inot. dan karena banyak nama Asep, maka kami menambahkan nama Inot dibelakangnya. Asep orangnya tinggi besar tapi agak caleuy (lembut). Kalau jalan seperti bebek.  Mereka adalah pasangan serasi memimpin kelas 2e ini. eh iya di tambah Pak Edu yang wali kelas pendiam si jarang senyum, sekali bicara beliau ngasih hukuman. Kombinasi ideal untuk memimpin kami di kelas 2e. 








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan itu masih sama

Bulan Oktober biasanya di kota kami adalah musim hujan disertai petir, terkadang angin. Sebagian masyarakat sudah paham saat memasuki awal musim penghujanan, mereka membersihkan aliran-aliran air yang mampet karena sampah atau dangkal. Tahukan kamu kawan, bulan oktober adalah awalnya benih-benih bayi akan dibuat. Di Desa kami Desa Tanjungsari Barat dan sekitarnya akhir Oktober adalah akhir dari perhajatan, entah itu hajat sunatan anaknya atau pernikahan. Kata orang tua dulu setelah bulan haji lewat itu tandanya orang hajatan akan bermunculan. Biasanya hujan akan turun saat menjelang sore, disertai petir dan angin. Terkadang lebih awal saat setelah adzan Dzuhur berkumandang, setelahnya itu PLN akan mematikan aliran listriknya sampai cuaca kondusif. PLN memang siap siaga dalam hal ini. Apalagi cuaca buruk di bulan Oktober sampai November mereka akan sesering mungkin untuk mematikan aliran listrik. Saat hujan turun, anak-anak akan berlarian keluar rumah, walaupun hujan membaw

Draff

Hai, tak terasa ternyata sudah hampir satu tahun kita tidak berkomunikasi, rasanya seperti ada yang hilang, dan memang hilang. Hilang yang berbeda. Aku bisa melihatmu, aku bisa menemukanmu. Tapi dalam konteks yang berbeda. Susah sekali aku mengutarakan ini dalam sebuah kalimat :(. Baiklah, mungkin ini adalah suratan takdir alias jalan Tuhan untuk kita. Pertemuan yang singkat, Percintaan yang singkat, semuanya singkat. Hal yang aku tidak suka dari diriku adalah hal-hal yang sudah terbiasa setiap harinya, perlahan menghilang. Dan aku bersedih jika sudah seperti itu. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan semua perasaan ini adalah hanya satu kata "Rindu" Baiklah, pertama-pertama aku akan membuat surat untukmu melalui blog ku ini, dan berharap kamu membacanya. Semalam, tanpa sengaja aku menemukan photo di galeri ponselku. Aku ingat, waktu itu kita sedang berkomunikasi setelah kita pulang kerja melalui daring Chatting. Kamu mengirimkan photo itu dan mengatakan

CIUMAN PADA HITUNGAN KETIGA

"Aku akan menciummu pada hitungan ketiga," bisik seorang pria ke telinga pacarnya. Perempuan yang dibisiki, memerah pipinya. Ia hanya tersenyum kecil. Mencubit lengan pacarnya itu. "Kamu apaan sih," jawab si perempuan. Ada gelisah yang tertahan disana. "Kamu pernah berciuman sebelumnya?" Yang ditanya bertambah merah mukanya. Ia tidak menjawab tegas. Hanya berseloroh. "Kamu apaan sih..." "Kalau kamu pernah berciuman, pada hitungan keberapa biasanya kamu mulai berciuman?" "Udah ah, masa ngomongin itu terus..." Lalu lelaki itu mulai menghitung. "Satu..." Jantung perempuan serasa berdetak cepat. Mulai gak beraturan. Entah apa yang dia nantikan. Jujur, ini bukan ciuman pertama baginya. Tapi, ketika dilakukan dengan aba-aba. Rasanya deg-degan juga. Ia mendengar dengan seksama suara lelaki itu menghitung. "Dua..." Ah, dadanya terasa mau meledak. Ia gak bisa membayangkan ciuman seperti apa yang