Langsung ke konten utama

“Hai, Namaku Sepi…..”

Ingatkah kamu, saat Jarak mengetukkan palu perpisahan kita? Aku yakin kamu masih ingat. Karena beberapa saat sebelum palu itu diketukkan, kau mengusapkan air matamu di bahuku, memeluk erat tubuhku, menggenggam kuat tanganku. Ya…. perpisahan itu memang bukan keinginan kita, itu semua keinginan Jarak, sang Hakim.

Tahukah kamu? Setelah kita resmi dipisahkan oleh Jarak, aku mempunyai teman baru. Dia datang padaku, memperkenalkan diri sambil tersenyum dan menyipitkan kedua matanya manja, “Hai, namaku Sepi ^^”, katanya. “Hmmm…. Nama yang lucu…”, pikirku.

Singkat cerita, aku dan sepi pun mulai berteman akrab, atau bisa dibilang kami bersahabat. Hingga akhirnya aku sampai pada fase dimana aku merasa tak bisa hidup tanpa Sepi. Tapi aku masih yakin, ini bukan cinta. Aku tak mungkin mencintai Sepi, aku tahu aku mencintaimu, sangat.

Tapi, maafkan aku, kekasih. Karena tanpa kusadari, hubunganku dengan Sepi menjadi semakin intim. Aku memeluknya, mencumbunya, dan bercinta dengannya tiap malam, ya…. setiap malam. Dan kini aku tahu bahwa air mata adalah orgasme terkejam saat aku bercinta dengannya.

Yang aku heran, sepi langsung melahirkan anak, hanya beberapa detik setiap kali kami selesai bercinta, setiap malam. Dan kamu pasti tahu berapa malam aku tanpamu, sebanyak itulah aku bercinta dengan sepi, sebanyak itulah anak-anak yang dilahirkan sepi dariku. Ya… anak Sepi terlalu banyak, tak mungkin aku menghafal nama-nama mereka.

Tahukah kamu? Mereka semua kunamai Rindu… (25 September 2011)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan itu masih sama

Bulan Oktober biasanya di kota kami adalah musim hujan disertai petir, terkadang angin. Sebagian masyarakat sudah paham saat memasuki awal musim penghujanan, mereka membersihkan aliran-aliran air yang mampet karena sampah atau dangkal. Tahukan kamu kawan, bulan oktober adalah awalnya benih-benih bayi akan dibuat. Di Desa kami Desa Tanjungsari Barat dan sekitarnya akhir Oktober adalah akhir dari perhajatan, entah itu hajat sunatan anaknya atau pernikahan. Kata orang tua dulu setelah bulan haji lewat itu tandanya orang hajatan akan bermunculan. Biasanya hujan akan turun saat menjelang sore, disertai petir dan angin. Terkadang lebih awal saat setelah adzan Dzuhur berkumandang, setelahnya itu PLN akan mematikan aliran listriknya sampai cuaca kondusif. PLN memang siap siaga dalam hal ini. Apalagi cuaca buruk di bulan Oktober sampai November mereka akan sesering mungkin untuk mematikan aliran listrik. Saat hujan turun, anak-anak akan berlarian keluar rumah, walaupun hujan membaw

Draff

Hai, tak terasa ternyata sudah hampir satu tahun kita tidak berkomunikasi, rasanya seperti ada yang hilang, dan memang hilang. Hilang yang berbeda. Aku bisa melihatmu, aku bisa menemukanmu. Tapi dalam konteks yang berbeda. Susah sekali aku mengutarakan ini dalam sebuah kalimat :(. Baiklah, mungkin ini adalah suratan takdir alias jalan Tuhan untuk kita. Pertemuan yang singkat, Percintaan yang singkat, semuanya singkat. Hal yang aku tidak suka dari diriku adalah hal-hal yang sudah terbiasa setiap harinya, perlahan menghilang. Dan aku bersedih jika sudah seperti itu. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan semua perasaan ini adalah hanya satu kata "Rindu" Baiklah, pertama-pertama aku akan membuat surat untukmu melalui blog ku ini, dan berharap kamu membacanya. Semalam, tanpa sengaja aku menemukan photo di galeri ponselku. Aku ingat, waktu itu kita sedang berkomunikasi setelah kita pulang kerja melalui daring Chatting. Kamu mengirimkan photo itu dan mengatakan

CIUMAN PADA HITUNGAN KETIGA

"Aku akan menciummu pada hitungan ketiga," bisik seorang pria ke telinga pacarnya. Perempuan yang dibisiki, memerah pipinya. Ia hanya tersenyum kecil. Mencubit lengan pacarnya itu. "Kamu apaan sih," jawab si perempuan. Ada gelisah yang tertahan disana. "Kamu pernah berciuman sebelumnya?" Yang ditanya bertambah merah mukanya. Ia tidak menjawab tegas. Hanya berseloroh. "Kamu apaan sih..." "Kalau kamu pernah berciuman, pada hitungan keberapa biasanya kamu mulai berciuman?" "Udah ah, masa ngomongin itu terus..." Lalu lelaki itu mulai menghitung. "Satu..." Jantung perempuan serasa berdetak cepat. Mulai gak beraturan. Entah apa yang dia nantikan. Jujur, ini bukan ciuman pertama baginya. Tapi, ketika dilakukan dengan aba-aba. Rasanya deg-degan juga. Ia mendengar dengan seksama suara lelaki itu menghitung. "Dua..." Ah, dadanya terasa mau meledak. Ia gak bisa membayangkan ciuman seperti apa yang