Langsung ke konten utama

Postingan

Draff

Hai, tak terasa ternyata sudah hampir satu tahun kita tidak berkomunikasi, rasanya seperti ada yang hilang, dan memang hilang. Hilang yang berbeda. Aku bisa melihatmu, aku bisa menemukanmu. Tapi dalam konteks yang berbeda. Susah sekali aku mengutarakan ini dalam sebuah kalimat :(. Baiklah, mungkin ini adalah suratan takdir alias jalan Tuhan untuk kita. Pertemuan yang singkat, Percintaan yang singkat, semuanya singkat. Hal yang aku tidak suka dari diriku adalah hal-hal yang sudah terbiasa setiap harinya, perlahan menghilang. Dan aku bersedih jika sudah seperti itu. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan semua perasaan ini adalah hanya satu kata "Rindu" Baiklah, pertama-pertama aku akan membuat surat untukmu melalui blog ku ini, dan berharap kamu membacanya. Semalam, tanpa sengaja aku menemukan photo di galeri ponselku. Aku ingat, waktu itu kita sedang berkomunikasi setelah kita pulang kerja melalui daring Chatting. Kamu mengirimkan photo itu dan mengatakan
Postingan terbaru

Perjalanan

Bahwa kadang hidup hanya seperti sebuah perjalanan di atas kereta. Kita bertemu dengan orang tak dikenal, berbincang, dan sesekali tertawa bersamanya, lalu kita turun di stasiun masing-masing dan berpisah. Tapi cerita tidak pernah selesai disitu. Karena akan selalu ada kereta lain yg mengantar kita menuju perjalanan selanjutnya. Kita tidak pernah benar-benar berpisah. Kita hanya sedang memilih kereta yg berbeda, yg mempertemukan kita dengan orang yg berbeda.

Tuhan itu baik.............

Tuhan itu baik yak, Dia selalu menjawab pertanyaan umatNya, bahkan untuk pertanyaan sederhana dan gurauan sekalipun. Ribuan malam berlalu, dan akhirnya kita mengerti arti pertanyaan kita. Mungkin sekarang kita sedang mencoba menyesali dan berandai-andai menciptakan dunia kita sendiri. Karena dunia yang Tuhan ciptakan buat kita sudah mencukupi segalanya. Apa yang sudah digariskan, yakin itu indah. Dia tidak kusut atau lusuh, dia hanya sedang dalam proses menuju sebuah gambaran yang cantik.

Hai............

Hai... Sore ini aku ingin menyapamu, sekali saja. Bolehkah? Pada hujan yang turun sore itu, persis seperti mendung yang mengiringi jatuhnya ribuan tetes air langit kali ini. Ingatkah kamu saat kita berlari di tengahnya? Kamu mengayunkan kedua kakimu sedemikian rupa dalam cara yang sulit aku lupakan. Tanpa kamu tahu, aku mengambil bagian itu dan menyimpannya rapi dalam salah satu laci ingatan di dalam kepalaku. Suara tawamu yang renyah, adalah satu dari banyak bagian tak terlupakan dalam cerita kita. Terkadang aku merasa seperti masih mendengarnya, sebelum kemudian aku sadar bahwa kita sedang ada di tempat yang jauh berbeda. Mungkin memang begitu cara rindu menyampaikan salam. Pertama-tama, ijinkan aku menyapamu Bolehkah?

Agustus 2015

"Aku harus melihat kamu bahagia, meskipun kamu bahagianya sama orang lain, bukan sama aku. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, di sini ada hati yang selalu dengan tulus menyayangi kamu."

CIUMAN PADA HITUNGAN KETIGA

"Aku akan menciummu pada hitungan ketiga," bisik seorang pria ke telinga pacarnya. Perempuan yang dibisiki, memerah pipinya. Ia hanya tersenyum kecil. Mencubit lengan pacarnya itu. "Kamu apaan sih," jawab si perempuan. Ada gelisah yang tertahan disana. "Kamu pernah berciuman sebelumnya?" Yang ditanya bertambah merah mukanya. Ia tidak menjawab tegas. Hanya berseloroh. "Kamu apaan sih..." "Kalau kamu pernah berciuman, pada hitungan keberapa biasanya kamu mulai berciuman?" "Udah ah, masa ngomongin itu terus..." Lalu lelaki itu mulai menghitung. "Satu..." Jantung perempuan serasa berdetak cepat. Mulai gak beraturan. Entah apa yang dia nantikan. Jujur, ini bukan ciuman pertama baginya. Tapi, ketika dilakukan dengan aba-aba. Rasanya deg-degan juga. Ia mendengar dengan seksama suara lelaki itu menghitung. "Dua..." Ah, dadanya terasa mau meledak. Ia gak bisa membayangkan ciuman seperti apa yang

Kenangan

Pernahkah di suatu pagi yg cerah kalian duduk berselimutkan cahaya mentari, ditemani secangkir teh hangat tawar, lalu mendadak saja teh yg kalian minum terasa manis? Gw pernah. Dan kalian tahu? Kadang kenangan itu seperti asap tipis yg menguap dari cangkir teh . Dia nyaris tak terlihat, sangat sulit untuk ditangkap, tapi kita tetap bisa merasakan kehangatannya. Bahkan saat dia terurai bersama angin musim gugur yg meniupkan helai demi helai daun momiji dari pucuk merahnya. Terimakasih pada angka sembilan dalam kalender yg menjadi awal dari kisah panjang ini... untuk secangkir teh hangat di pagi hari dan kenangan yg selalu menyertainya